Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 08 Maret 2012

Sejarah Turunnya Al Qur'an

A.  Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata kerja yaitu yang berarti bacaan. Kata Al-Qur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul, yaitu yang dibaca, karena bukan saja Al-Qur’an yang harus dibaca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya, baik pada waktu shalat maupun di luar shalat. Kata Al-Qur’an dengan arti tersebut (bacaan), banyak dijumpai dalam Al-Qur’an sendiri. Sedangkan menurut istilah menurut Syaikh Muhammad Khudlari Beik, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang disampaikan dalam bahasa Arab, diturunkan secara berangsur-angsur melalui malikat Jibril AS. Kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan kepada kita penganutnya secara mutawatir, yang telah tertulis dalam Mushaf Usmani dan telah dihafalkan secara baik oleh umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW hidup sampai akhir zaman, dimulai surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, merupakan ibadah bagi yang membacanya dan kafir bagi yang mengingkarinya.

B.  Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan bersamaan dengan diangkatnya Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul Allah pada waktu beliau berusia 40 tahun. Ayat yang pertama diturunkan adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ayat pertama turun sewaktu Nabi sedang bertahanus di Gua Hira pada malam Jum’at, tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi. Malam ini disebut malam Alqadar ( Lailatul Qadar ) yakni malam yang sangat mulia, Karena pada tanggal tersebut Al-Qur’an turun untuk pertama kalinya. Malam tanggal 17 Ramadhan dikenal sebagai malam Nuzulul Qur’an ( malam turun Al-Qur’an) oleh karena itu kaum muslimin setiap tahun melakukan acara Peringatan Nuzulul Qur’an untuk mengenang peristiwa yang sangat agung dan bersejarah itu.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surat , atau berupa sebuah surat yang pendek secara lengkap. Penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun waktu Nabi tinggal di Mekkah (Sebelum Hijriyah), dan 10 tahun waktu Nabi sudah hijrah ke Madinah.

Al Qur’an diturunkan dalam dua periode, yaitu :
1.     Periode Makkah
Periode pertama dinamakan Periode Mekah. Turunnya Al Qur’an pada periode pertama ini terjadi ketika Nabi saw. bermukim di Mekah (610 – 622 M) sampai Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu, kemudian disebut dengan ayat-ayat Makiyah.

Ciri-Ciri Ayat-Ayat Makkiyah
1.     Ayat-ayatnya pendek  dan gaya bahasanya singkat padat (ijaz), Karena sasaran yang pertama dan utama pada periode Mekkah ini adalah orang-orang Arab asli yang sudah faham benar akan bahasa Arab.
2.     Diawali dengan yâ ayyuhan-nâs (wahai manusia).
3.     Kebanyakan mengandung masalah tauhid, keimanan, kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung pengajaran da budi pekerti masalah surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi).


2.    Periode Madinah
Periode yang kedua adalah Periode Madinah. Sebuah periode yang terjadi pada masa setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah (622 – 632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat-ayat Madaniyah.
Ciri-Ciri Ayat-Ayat  Madaniyah
1.     Ayat-ayatnya panjang dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas (ithnab), karena sasarannya bukan hanya orang Arab asli, melainkan juga non Arab dari berbagai bangsa yang telah mulai banyak masuk islam dan mereka kurang menguasai bahasa Arab.
2.     Diawali dengan yâ ayyuhalladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).
3.     Kebanyakan tentang hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum agama (syariat) atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antara agama dan lain-lain.
Ayat terakhir turun pada tanggal 9 Dzulijjah yaitu surat Al-Maidah ayat 3 tahun 10 Hijriyah, bertepatan dengan bulan Maret 632 Masehi, yaitu ketika Nabi sedang melaksanakan wukuf di padang Arafah, waktu beliau melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini bagi beliau disebut dengan Haji Wada, Karena merupakan ibadah haji yang penghabisan. Ayat ini pada akhirnya menunjukan kesempurnaan kewajiban dan hukum tetapi bukan merupakan ayat yang terakhir turun, Karena setelah menerima ayat tersebut, Rasulullah masih hidup selama 81 hari.

C.  Macam-macam Cara Alqur’an Diturunkan

Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan. di antaranya :

1.     Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surah (42) Asy Syuura ayat (51).
2.     Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3.     Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".
4.     Malaikat Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw. dengan menampakkan wujudnya yang asli. Rasulullah SAW senantiasa menghafalkan setiap wahyu yang diterimanya. Beliau mampu mengulangi wahyu tersebut dengan tepat, sesuai dengan apa yang telah disampai kan oleh malaikat Jibril. Dalam hal ini, malaikat Jibril juga berperan untuk mengontrol hafalan Al Qur’an Rasulullah saw.

D.  Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an Diturunkan

1.     Sebagai Petunjuk Bagi Manusia

Fungsi Al-Qur’an ialah sebagai petunjuk atau hidayah bagi manusia. Namun demikian bahwa manusia yang mendapat petunjuk dari Al-Qur’an ialah orang-orang yang mau brtakwa kepada Allah SWT, beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rizkinya untuk fakir miskin dan amal lainnya, sekaligus percaya akan kitab-kitab Allah baik yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ( Al-Qur’an ) maupun kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil.

2.     Sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam

Al-Qur’an adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya wajib dipatuhi. Tak ada khilaf sedikitpun diantara umat islam bahwa Al-Qur’an itu sebagai sumber pokok ajaran islam. Dari Al-Qur’anlah diambil segala pokok syari’at dan cabang-cabangnya, juga dari Al-Qur’anlah dalil-dalil syar’i mengambil kekuatan. Dengan demikian jelas bahwa Al-Qur’an merupakan dasar pokok bagi ajaran islam dan mencakup segala hukum.

3.     Sebagai Pemberi Peringatan dan Pelajaran Bagi Manusia

Al-Qur’an diturunkan mengandung fungsi yang amat positif, diantaranya ialah sebagai pemberi peringatan dan pelajaran bagi manusia. Kita sadari bahwa manusia mempunyai sifat pelupa dan salah, disamping adanya fitrah untuk berlaku jujur dan sebagai makhluk yang cerdas / suka berfikir.
Untuk membimbing umat manusia agar jangan sampai senantiasa bersalah dan bergelimang dalam perilaku yang merusak kehidupan umat manusia dan lingkungannya, dalam rangka mengarah kehidupan yang selektif demi mencapai kesejahteraan hidup dunia akhirat, maka Al-Qur’an diturunkan untuk kita pedomani, yang penuh dengan peringatan dan berbagai ajaran kebaikan bagi kita.

E.   Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur

Diantara hikmah penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur ialah :
1. Untuk memudahkan Nabi menghafal, mendiktekan kepada para panulis wahyu, dan mengajarkan kepada umatnya.
2. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan
3. Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas suci. Juga untuk menghibur beliau pada saat-saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang kafir.
4. Untuk meneguhkan dan menghibur hati orang muslim yang hidup semasa Nabi SAW.
5. Untuk meringankan umat islam dalam rangka meninggalkan sikap mental dan tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur.
6. Untuk mendidik umat islam menerapkan akidah dan ibadat yang benar serta akhlak yang terpuji, maka amat tepat ajaran Al-Qur’an turun secara berangsur.
7. Menunjukkan kemukjizatan tersendiri bagi Al-Qur’an disamping membangkitkan rasa optimisme dari diri Nabi SAW karena setiap persoalan yang dihadapi dapat terjawab dengan datangnya Al-Qur’an sesuai kebutuhan.
8. Untuk memberi kesempatan berfikir dalam rangka menerima kebenaran Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam kehidupan umat manusia.
9. Sebagai bukti nyata bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana.

0 komentar:

Posting Komentar